Mentariku, Kinan


Mentari itu masih sama, bahkan aroma laut pun masih kurasakan sama.. Tapi detaknya berbeda...

***

Memandangnya di sini membuatku sadar akan adanya hal tak dapat diungkapkan dengan hanya sekadar kata. Aku terdiam kelu melihatnya tertidur, dan aku menghirup aroma piluku sendiri.

"Hei, Sayang. Apa kabar? Aku merindukanmu. Sepertinya aku tertidur cukup lama, ya?" Kinan terbangun dan menggenggam tanganku. Aku tersenyum membalasnya.

"Aku ingin ke pantai di pagi hari denganmu. Apakah itu memungkinkan?" Aku tertegun menatapnya.

Kinan tersenyum memandangku dan entah kenapa dia terlihat begitu cantik, sama ketika pertama kali kami bertemu di hadapan mentari pagi pantai Sanur.

Kinan adalah mentariku, karena bagiku setiap senyumnya mampu membuatku bahagia. Dia mengidap kanker hati dan saat ini kanker hati itu membuatnya tak berdaya. Aku tidak mengerti kenapa dia begitu kuat menahannya hingga saat ini, bahkan senyum masih tergambar di wajahnya.

Sejak pertama kali bertemu aku sudah tahu jika akan kehilangannya seperti ini, tapi aku tak peduli karena dia membuatku sadar bahwa dengan cacatku yang tanpa kaki ini pun aku dapat dicintai dan mencintai. Ah tidak! Aku tidak ingin kehilangan dia saat ini, Tuhan..

***

Mentari itu masih sama dan aroma laut pun masih kurasakan sama.. Tapi detaknya berbeda.. Ya, aku tak mendengarkan detak yang sama di sampingku. Kinanku pergi dengan senyum,  menggenggam tanganku di pelukannya, dan menghentikan detaknya.


#FF ini dibuat untuk memenuhi tugas PenaMerah

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer