Alun-alun Kota Nganjuk yang (sedikit) Berbenah
Salaam,
Adakah yang pernah mendengar lagu campursari yang berjudul Alun-alun Nganjuk? Hhmm... Yah, daku sendiri yang notabene asli Nganjuk gak ngerti-ngerti amat, secara gak terlalu suka campursari. Tapi, bagi penggemar lagu yang sangat merakyat ini, pastilah tahu. Warga Nganjuk, hendaknya berterimakasih pada penulis lagunya karena berkat lagu itu, kota Nganjuk jadi cukup 'diketahui'. Mengingat pengalaman daku diolok-olok dosen kala memperkenalkan diri sebagai warga Nganjuk. Katanya, "Ooo, Nganjuk itu kota kecil yang biasanya cuma dilewati bus itu, kan?" Malu? Hhmm, sedikit, tapi daku mah orangnya tahan banting. Sebodo amat. Hihi...
By the way, yang belum tahu kota Nganjuk, daku jelaskan dulu deh. Nganjuk ini adalah salah satu kota di Jawa Timur. Bisa dibilang bagian perbatasan antara Jawa Timur dan Tengah. Kalau dari timur, Nganjuk letaknya sebelum Madiun dan Ngawi. Dan, ya, Nganjuk ini memang biasanya cuma dilewatin bus antar kota yang tujuannya ke Jogja atau Surabaya. Meskipun kota kecil, Nganjuk ini bisa dibilang luas teritorialnya karena Nganjuk mempunyai 20 kecamatan dan 284 desa/kelurahan. Nganjuk dulunya bernama Anjuk, yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti Tanah Kemenangan. Perubahan kata Anjuk menjadi Nganjuk, karena proses bahasa, atau
merupakan hasil proses perubahan morfologi bahasa, yang menjadi ciri
khas dan struktural bahasa Jawa. Tahu sendiri, kan, kalo orang Jawa seneng banget sama dua huruf ini, N dan G yang disambung a.k.a NG. Selain itu, Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin karena memang angin di kota Nganjuk bisa dibilang selalu berhembus semilir, terutama di musim kemarau pasti sangat terasa anginnya yang bisa membuat oleng badan. Oke, cukup basa-basi sejarahnya. Silakan bertanya pada Google untuk info selengkapnya atau boleh mengunjungi Nganjuk secara langsung. Hohoho...
Mmmm, asal-usul daku nulis tentang Nganjuk ini sebenarnya lebih ke perasaan bersalah karena daku sebagai warga asli bisa dibilang sangat tidak mengenal kotaku sendiri. Bahkan, bisa dibilang daku kebanyakan tinggal di luar kota Nganjuk. Dari kecil di Bengkulu, lalu di Nganjuk SD kelas 4 sampai SMA, lanjut di Yogyakarta 6 tahun dan sekarang domisili Kediri sudah 3 tahun. Kalau ditanya, ada apa aja di Nganjuk? Akan kujawab, hellllaaaw entahlah... *menunduk malu* Etapi, sekarang daku sudah bukan warga Nganjuk secara KTP ding. Hehehe... *joged-joged*
Aniwei, beberapa waktu yang lalu daku menyempatkan diri untuk menuju kota Nganjuk dan berhenti di Alun-alun kota. Dulu, yang kutahu tentang Alun-alun kota Nganjuk adalah penuh dengan pedagang dan tamannya gak terawat. Tapi, saat daku ke sana beberapa waktu yang lalu, rasanya terkejut dengan perubahan Alun-alun Nganjuk ini. Sekarang bersih dan tertata.
karena kepala mbaknya daku gak bisa memotret dengan seksama
Ada beberapa tempat yang enak banget buat piknik, seperti di bawah pohon ini. Apalagi, letaknya berdekatan dengan playground anak-anak. Meskipun untuk playground agak mengecewakan karena ternyata banyak fasilitas yang sudah gak layak, terutama untuk safety anak-anak. Selain itu, ada juga lapangan yang difungsikan untuk bermain basket atau lainnya.
Kalau melihat perubahan yang dilakukan pada Alun-alun ini, sepertinya memang ditujukan ramah untuk semua kalangan, terutama untuk anak-anak dan keluarga. Area terbuka untuk nongkrong anak-anak muda ada, tempat olahraga, tempat bermain, tempat piknik, dan yang menarik buatku adalah taman bacaan. Meski dibuat kecil dan sempit, tapi tempat ini layaknya surga buat daku. Hehe...
Bisa dibilang berkat Alun-alun Nganjuk yang berubah, daku jadi pengin balik ke sana lagi suatu saat nanti. Pengin piknik, liat krucils lari-larian ngejar burung (oya, di sana juga ada rumah burung lho dan banyak juga burung yang datang), maen basket (hellllaw, ntar encok lagi), baca buku sama anak-anak sana yang notabene malah cari wifi daripada baca buku (hadeew), dan sebagainya lah. Proud of my city!
Komentar
Posting Komentar