Refleksi Ramadhan 2016M / 1437H

Salaaam,

Haaah... Lama gak nongol sekalinya nongol bahasannya tentang refleksi Ramadhan. Berrat, Coy! Hahaha... Dasar embuh saya ini.Gak bisa saya pungkiri kalau saya termasuk orang yang suka beranji palsu. Beberapa waktu lalu sempat untuk bersikeras menulis kembali, menghidupkan blog lagi, menyelesaikan proyek yang tertunda, dan sebagainya sebagainya sebagainya syalalalalaaa... Bye! Hahaha....

Semua itu akhirnya hanya khayalan belaka. Gak ada yang terealisasi dalam waktu dekat dari saya memikirkannya alias hanya di angan - angan kala itu saja. Yaah, bisa dikatakan saya ini hanyalah seorang daydreamer dan nightthinker. Tipikal yang bersemangat di saat ide-ide bermunculan, namun tidak segera bergerak untuk merealisasikannya. Realisasi akan berjalan ketika sudah beberapa lama dan ide tiba-tiba berubah saja. Ngok aja! Alasan sekarang adalah emak-emak beranak dua yang sok sibuk kayaknya gak bisa dimasukkan list untuk membela diri. Alasan yang layak diterima hanyalah karena saya malas bergerak. Hehehe... Kalau saja saya masih kuliah, pasti saya gak bakal lulus dan mampuusss di kampus. Hahaha... Ya sudahlah, tolong dimaafkan, ya. *kedip-kedip manja*

Hhhmm... Mengenai refleksi Ramadhan, bisa dikatakan tahun ini saya cukup dibuat kelimpungan. Mencoba puasa di saat saya harus menyusui bayi 6 bulan dan mengurus balita 20 bulan itu ulala beibeh... Bisa dibayangkan? Ya, silakan Anda bayangkan sendiri. Di kala harus menyiapkan sahur dengan bangun ekstra lebih awal, padahal malamnya baru bisa tidur jam 12-an malam ditambah kadang si bocil tiba-tiba kebangun karena sesuatu hal. Selanjutnya, pagi menyiapkan makanan anak bayi yang baru belajar makan. Siang sampai sore ngurusin duo bocil di mana kadang pada rusuh rebutan emaknya. Yang satu pengin nenen, yang satu pengin digendong dan ditemenin main. Joget-joget dah tuh. Sore harinya menyiapkan menu berbuka plus makan si bayi. Mandiin duo bocil, nyuapin si bayi, nyuapin si kakak  balita yang lagi moody  makannya. Harus ekstraaa sabar buanget deh. Tapii, di balik kerempongan itu saya merasa bahagia kok. Meskipun akhirnya ibadah keteteran, ya mau gimana lagi. Ada penyesalan juga karena gak bisa fokus ibadah karena saya lebih memilih untuk memegang gadget lebih lama di saat saya sedang luang atau pergi ke luar rumah untuk menghirup udara segar. Di saat akhir ini pun rasanya penyesalan berlipat-lipat aja, tapi yah saya masih ingin berusaha kok. Setidaknya saya harus bisa mencuri waktu untuk beribadah lebih lagi, terutama di bulan yang sangat penuh rahmat ini. Huuftt....