#1Hari1Masjid: Masjid Mataram, Kotagede
Saalam,
Lama gak update blog, nih. Oya, ini tulisan dibuat untuk mengikuti even #1Hari 1Masjid yang diadakan oleh theprimadita.blogspot.com saat Ramadhan kemarin. Semoga bermanfaat! :)
Masjid yang merupakan salah satu komponen asli Kotagede ini berdiri di selatan kawasan Pasar Kotagede sekarang, tepatnya di kelurahan Jagalan, kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan masjidnya sendiri tidaklah semegah masjid-masjid modern. Sebelum pintu masuk, akan ada gerbang yang menyambut jamaah. Bagian menariknya adalah gerbang ini berupa gapura bergaya Hindu yang meyerupai pura. Hal ini menandakan, bahwa arsitektural Masjid Mataram Kotagede ini memiliki perpaduan dua unsur budaya dari dua latar belakang agama yang berbeda, yang digabungkan menjadi satu kesatuan bangunan masjid. Selain itu, di sekitar masjid, terdapat sebuah prasasti yang menceritakan proses pembangunan masjid ini. Menurut keterangan pada prasasti, masjid ini dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan oleh Sultan Agung. Bangunan masjid saat itu masih kecil, atau biasa disebut langgar. Pada tahap kedua, pembangunan masjid diteruskan oleh Pakubuwono X, selaku Raja Kesultanan Surakarta.
Secara keseluruhan, area masjid ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu area masjid itu sendiri, area sendang, dan area makam. Tepat di belakang masjid tua tersebut, terdapat makam para (pendiri) Dinasti Mataram, yakni Panembahan Senopati dan ayahnya Ki Juru Pemanahan beserta keluarganya. Setidaknya, kini ada sekitar 627 makam. Dari 627 makam itu ada 81 makam besar di antaranya makam Sultan Hadiwijjoyo, Ki Ageng Pemanahan, Sultan Agung, Panembahan Senopati, Paku Alam I sampai IV, Raden Rangga, Ratu Kalinyamat dan lain sebagainya. Sedangkan, area sendang dibagi menjadi dua, yaitu sendang kakung (pemandian putra) dan sendang putri (pemandian putri). Namun, sendang tersebut sudah tidak sering digunakan sekarang.Yang terakhir, yaitu area masjid itu sendiri yang sampai sekarang masih digunakan sebagai tempai peribadatan kaum muslimin. Seperti layaknya sebuah masjid, bangunan ini dilengkapi dengan tempat mengambil air wudhu, mimbar untuk khotbah jumat di bagian dalam, area shalat, dan serambi di bagian luar.
Nah, masjid Mataram Kotagede ini merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Indonesia. Melihat arsitektur masjid ini, dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia sejak dulu telah terbiasa dengan perbedaan keyakinan. Karenanya, mengunjungi Masjid Mataram Kotagede tidaklah sekadar berwisata. Para pengunjung pun dapat menghayati nilai-nilai persaudaraan yang sudah tertanam jauh sebelum negeri ini berdiri. Betapa indahnya, bukan? Semoga kita bisa meneladani arti dari perpaduan dua unsur agama ini sebagai toleransi beragama yang mendamaikan Indonesia. :)
Gerbang gapura masjid Mataram Kotagede
Masjid
Mataram Kotagede adalah salah satu masjid tertua di Yogyakarta, tepatnya
berada di daerah Kotagede. Kotagede sendiri merupakan salah satu tempat
di Yogyakarta yang bisa dibilang sangat diminati oleh para wisatawan,
karena selain sebagai pusat kerajinan perak juga merupakan tempat di
mana kita masih bisa melihat bangunan-bangunan zaman dulu yang masih
berdiri kokoh. Masjid ini didirikan oleh Sultan Agung pada pertengahan
abad 17, atau sekitar tahun 1640. Bertandang ke masjid Mataram di
Kotagede ini sebenarnya akan sama rasanya ketika bertandang di masjid
Agung/ masjid Gedhe, yang letaknya di sekitar alun-alun kota Yogyakarta.
Arsitektur yang disuguhkan berupa arsitektur jawa yang kental. Mulai
dari pintu masuk sampai ke dalam masjidnya. Namun, masjid ini jauh lebih
tua dibandingkan dengan masjid Agung Yogyakarta dan masjid-masjid tua
lainnya di Yogyakarta.
Masjid yang merupakan salah satu komponen asli Kotagede ini berdiri di selatan kawasan Pasar Kotagede sekarang, tepatnya di kelurahan Jagalan, kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan masjidnya sendiri tidaklah semegah masjid-masjid modern. Sebelum pintu masuk, akan ada gerbang yang menyambut jamaah. Bagian menariknya adalah gerbang ini berupa gapura bergaya Hindu yang meyerupai pura. Hal ini menandakan, bahwa arsitektural Masjid Mataram Kotagede ini memiliki perpaduan dua unsur budaya dari dua latar belakang agama yang berbeda, yang digabungkan menjadi satu kesatuan bangunan masjid. Selain itu, di sekitar masjid, terdapat sebuah prasasti yang menceritakan proses pembangunan masjid ini. Menurut keterangan pada prasasti, masjid ini dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan oleh Sultan Agung. Bangunan masjid saat itu masih kecil, atau biasa disebut langgar. Pada tahap kedua, pembangunan masjid diteruskan oleh Pakubuwono X, selaku Raja Kesultanan Surakarta.
Secara keseluruhan, area masjid ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu area masjid itu sendiri, area sendang, dan area makam. Tepat di belakang masjid tua tersebut, terdapat makam para (pendiri) Dinasti Mataram, yakni Panembahan Senopati dan ayahnya Ki Juru Pemanahan beserta keluarganya. Setidaknya, kini ada sekitar 627 makam. Dari 627 makam itu ada 81 makam besar di antaranya makam Sultan Hadiwijjoyo, Ki Ageng Pemanahan, Sultan Agung, Panembahan Senopati, Paku Alam I sampai IV, Raden Rangga, Ratu Kalinyamat dan lain sebagainya. Sedangkan, area sendang dibagi menjadi dua, yaitu sendang kakung (pemandian putra) dan sendang putri (pemandian putri). Namun, sendang tersebut sudah tidak sering digunakan sekarang.Yang terakhir, yaitu area masjid itu sendiri yang sampai sekarang masih digunakan sebagai tempai peribadatan kaum muslimin. Seperti layaknya sebuah masjid, bangunan ini dilengkapi dengan tempat mengambil air wudhu, mimbar untuk khotbah jumat di bagian dalam, area shalat, dan serambi di bagian luar.
Nah, masjid Mataram Kotagede ini merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Indonesia. Melihat arsitektur masjid ini, dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia sejak dulu telah terbiasa dengan perbedaan keyakinan. Karenanya, mengunjungi Masjid Mataram Kotagede tidaklah sekadar berwisata. Para pengunjung pun dapat menghayati nilai-nilai persaudaraan yang sudah tertanam jauh sebelum negeri ini berdiri. Betapa indahnya, bukan? Semoga kita bisa meneladani arti dari perpaduan dua unsur agama ini sebagai toleransi beragama yang mendamaikan Indonesia. :)
Pic Source:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kotagede,_Yogyakarta
http://kotagede.blogspot.com/2011/12/masjid-gedhe-mataram.html
********************
Komentar
Posting Komentar